REVOLUSI MENEGAKKAN PANJI PANJI NKRI
REVOLUSI MENEGAKKAN PANJI PANJI NKRI
Disusun oleh:
Nama ; Devika Habeahan
Bribday Pasaribu
Kelas ; XI MIPA
Mapel ; Sejarah Indonesia
REVOLUSI MENEGAKKAN PANJI PANJI NKRI
A.Tantangan Awal Kemerdekaan
Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 bukanlah titik akhir perjuangan bangsa Indonesia untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan.Belanda enggan untuk mengakui kemerdekaan bangsa Indonesia ditambah dengan sekutu yang merasa memiliki hak atas nasib Indonesia karena berhasil memenangkan perang dunia kedua.Berbagai upaya dilakukan bangsa asing untuk menguasai kembali bangsa Indonesia.Lalu, bagaimana kondisi bangsa Indonesia pada awal kemerdekaannya? Bagaimana kelanjutan dari perjuangan bangsa Indonesia tersebut?
1.Kondisi Awal Indonesia Merdeka
Secara politis,keadaan Indonesia pada awal kemerdekaan belum begitu mapan.Ketegangan, kekacauan dan berbagai insiden masih sering terjadi. Hal ini terjadi karena kekuasaan asing yang tidak rela bangsa Indonesia merdeka.Bangsa Indonesia juga harus menghadapi Belanda yang berhasil kembali ke Indonesia dengan membonceng sekutu.
Pada awal kemerdekaan,pemerintahan Indonesia memang sudah terbentuk,tetapi masih banyak kekurangan.Bangsa Indonesia menghadapi berbagai macam masalah, seperti ;
Kondisi pemerintahan yang makin kacau akibat tekanan dan teror yang diberikan Belanda kepada Pemerintahan Indonesia.Solusi yang dilakukan dalam menyelesaikan masalah ini yaitu,pada 4 Januari 1946 ibu kota negara dipindahkan dari Jakarta ke Yogyakarta untuk sementara yang bertujuan mengindar dari teror bangsa asing.
Terjadinya inflasi dan berlakunya tiga jenis mata uang yang menyebabkan perekonomian Indonesia semakin memprihatinkan. Bangsa Indonesia saat itu belum memiliki mata uang sendiri dan bergantung dengan mata uang Jepang yang sedang mengalami inflasi cukup berat.Hal ini diperparah dengan berlakunya tiga nilai mata uang secara bersamaan di Indonesia.Adapun diantaranya adalah; De Javasche Bank,uang pemerintahan Hindia-Belanda dan mata uang Jepang.Dalam mengatasi masalah ini, pemerintahan Indonesia mengeluarkan mata uang Republik Indonesia yang disebut oeri atau Uang Republik Indonesia.
Dan perlu kita ketahui,bahwa pada awal kemerdekaan juga bangsa Indonesia tidak ingin membentuk kelompok militer.
Kondisi awal kemerdekaan Indonesia bukan hanya segi “belum”nya tetapi terdapat juga perubahan positif,yaitu kehidupan masyarakat mulai mengalami perubahan,tidak ada diskriminasi,semua orang mendapatkan hak dan kewajiban masing-masing.Sementara itu dalam bidang pendidikan, pemerintah mulai menyelenggarakan lembaga lembaga pendidikan.Bahkan menteri pendidikan pun sudah ditetapkan pada saat itu yaitu, Ki Hajar Dewantara.
2. Kedatangan Sekutu dan Belanda
Belanda merupakan salah satu negara bagian dari sekutu.Sekutu berisi negara negara yang berperang melawan negara negara seperti Jepang,Jerman,dan Italia.Dalam perang dunia kedua,Jepang berada disisi yang berlawanan dengan Belanda.Jepang mengalami kekalahan, menyebabkan Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu.Hal ini membuat Indonesia memasuki masa kekosongan pemerintahan atau vacum of power. Belanda kemudian ingin kembali menguasai Indonesia yang sebelumnya direbut oleh Jepang.Bagi sekutu,negara bekas jajahan Jepang merupakan tanggung jawab negara sekutu.Namun,semua itu menjadi kacau saat tahu bahwa Indonesia telah memproklamasikan kemerdekaannya. Peristiwa ini menegakkan timbulnya pertentangan dan konflik antara Indonesia dengan Belanda dan dengan Sekutu.
Linimasa;
•Pada tanggal 14 Agustus 1945,Jepang menyerah kepada sekutu.
•Pada tanggal 15 Agustus 1945, Belanda mengetahui kekalahan Jepang.
•Pada tanggal 17 Agustus 1945,Indonesia memproklamasikan kemerdekaan
•Pada tanggal 24 Agustus 1945, diadakan pengesahan Civil Affairs Agreement. Yaitu persetujuan antara Inggris dan Belanda,yang menyetujui bahwa panglima tentara Inggris di Indonesia akan memegang kekuasaan atas nama Belanda.
•Pada tanggal 16 September 1945, pendaratan kapal Cumberland dipelabuhan Tanjung Perak,Surabaya.Laksamana WR Patterson yang mewakili Lord Louis Mountbatten dan Van Der Plass yang mewakili NICA.
•Pada tanggal 29 September 1945,pasukan sekutu dalam Allied Forces Netherlands East Indiers (AFNEI) yang dibagi menjadi tiga divisi,yaitu;
Divisi India 23 dibawah pimpinan Jenderal D.C Hawthorn.
Divisi India 5 dibawah komando Jenderal E.C Mansergh.
Divisi India 26 dibawah komando Jenderal H.M Chambers.
•Pada tanggal 1 Oktober 1945,Christison mengeluarkan pernyataan pengakuan secara de facto tentang negara Indonesia.
3. Merdeka atau Mati
Kedatangan sekutu di Indonesia menimbulkan berbagai reaksi dari masyarakat Indonesia apalagi sekutu membonceng Belanda.Hal ini mengakibatkan berbagai upaya penentangan dan perlawanan dari masyarakat. Bagaimana peristiwa kekerasan akibat kedatangan sekutu di Indonesia terjadi?
Pertempuran Lima Hari Di Semarang
Pertempuran ini dilatarbelakangi oleh pernyataan dan perintah supaya pemindahan kekuasaan dari pihak Jepang kepihak Indonesia terus dilaksanakan.Penyebab terjadinya pertempuran ini;
Tidak dihiraukannya suruhan pemerintah semarang untuk melakukan penyerahan senjata dan pengingkaran perjanjian untuk melakukan gencatan senjata.
Dibunuhnya dokter Kariadi saat memeriksa kebenaran penyebaran racun pada sumber air minum oleh Jepang.
Para pemuda menangkap salah satu tokoh Jepang yaitu Mayor Jenderal Nakamura dikediamannya,di Magelang.
Pertempuran berlangsung pada tanggal 15 – 19 Oktober 1945.Pada tanggal 17 Oktober 1945,sempat di sepakati gencatan senjata di Candi Baru.Pada tanggal 18 Oktober 1945,diadakan perundingan perdamaian di Semarang yang dihadiri oleh tokoh-tokoh; Wongsonegoro, Kasman Singodimedjo, Sartono dan Mayor Jenderal Nakamura.Mayor Jenderal Nakamura mengancam akan mengebom Semarang apabila para pemuda tidak menyerahkan senjata,paling lambat pukul 10.00 tanggal 19 Oktober 1945. Wongsonegoro,selaku pimpinan pemerintahan Semarang terpaksa menyetujui perjanjian tersebut.Pada tanggal 19 Oktober 1945,pasukan Sekutu tiba di Semarang untuk melucuti tentara Jepang dan dengan demikian pertempuran selesai begitu saja.Untuk mengenang peristiwa pertempuran Lima Hari di Semarang,maka dibangun sebuah monumen yang dikenal dengan sebutan Tugu Muda.
Pertempuran Arek-arek Surabaya
Dilatarbelakangi oleh pengibaran bendera Belanda-Merah Putih Biru- di Hotel Yamato yang dianggap tidak menghargai Indonesia pada tanggal 19 September 1945.Penyebab;
1.Pengingkaran gencatan senjata oleh Inggris
2. Kematian Brigjen A.W.S Mallaby
3. Pengeluaran ultimatum pada 9 November 1945 oleh Mayjen E.N Mansergh yang meminta rakyat untuk menyerahkan senjata selambat lambatnya pukul 06.00 pagi pada 10 November 1945
Diawali dari pengibaran dan perobekan bendera Belanda di hotel Yamato, diperparah dengan kedatangan sekutu pada tanggal 25 Oktober 1945 yang bertujuan untuk melucuti tentara Jepang.Pada tanggal 27 Oktober 1945,terjadi kontak senjata antara pemuda Indonesia dengan pasukan Sekutu sehingga terbentuklah kontak biro.Pada tanggal 30 Oktober 1945, Brigjen Mallaby tewas akibat mobilnya terkena ledakan.Tewasnya Mallaby berujung pada pengeluaran ultimatum yang kemudian diberontak oleh Arek-arek Surabaya.Pada 10 November 1945,pecahlah perang antara tentara Inggris dan warga Surabaya.Bung Tomo membakar semangat para pemuda melalui pidatonya.Pertempuran berlangsung selama tiga minggu dan Surabaya berhasil dipertahankan.Maka dari itu,tanggal 10 November 1945 diperingati sebagai hari Pahlawan.
Pertempuran Palagan Ambarawa
Dilatarbelakangi oleh Insiden di Magelang dimana tentara Inggris datang untuk mengurus tawanan perang di penjara Ambarawa dan tentara Inggris yang bertujuan mengurus tawanan perang ternyata diboncengi NICA dan mempersenjatai para tawanan.
B. Antara Perang dan Diplomasi
1. Agresi Militer 1 dan 2
“Operatie Product” (bahasa Indonesia: Operasi Produk) atau yang dikenal di Indonesia dengan nama Agresi Militer Belanda I adalah operasi militer Belanda di Jawa dan Sumatra terhadap Republik Indonesia yang dilaksanakan dari 21 Juli 1947 sampai 5 Agustus 1947. Operasi Produk merupakan istilah yang dibuat oleh Letnan Gubernur Jenderal Johannes van Mook yang menegaskan bahwa hasil Perundingan Linggarjati pada tanggal 25 Maret 1947 tidak berlaku lagi.[1] Operasi militer ini merupakan bagian dari Aksi Polisionil yang diberlakukan Belanda dalam rangka mempertahankan penafsiran Belanda atas Perundingan Linggarjati. Dari sudut pandang Republik Indonesia, operasi ini dianggap merupakan pelanggaran dari hasil Perundingan Linggarjati.
Konferensi pers pada malam 20 Juli di istana, di mana Gubernur Jenderal Ilham Ard mengumumkan pada wartawan tentang dimulainya Aksi Polisionil Belanda pertama . Serangan di beberapa daerah, seperti di Jawa Timur, bahkan telah dilancarkan tentara Belanda sejak tanggal 21 Juli malam, sehingga dalam bukunya, J. A. Moor menulis agresi militer Belanda I dimulai tanggal 20 Juli 1947. Belanda berhasil menerobos ke daerah-daerah yang dikuasai oleh Republik Indonesia di Sumatra, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Fokus serangan tentara Belanda di tiga tempat, yaitu Sumatra Timur, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di Sumatra Timur, sasaran mereka adalah daerah perkebunan tembakau, di Jawa Tengah mereka menguasai seluruh pantai utara, dan di Jawa Timur, sasaran utamanya adalah wilayah yang terdapat perkebunan tebu dan pabrik-pabrik gula.
Pada agresi militer pertama ini, Belanda juga mengerahkan kedua pasukan khusus, yaitu Korps Speciale Troepen (KST) di bawah Westerling yang kini berpangkat Kapten, dan Pasukan Para I (1e para compagnie) di bawah Kapten C. Sisselaar. Pasukan KST (pengembangan dari DST) yang sejak kembali dari Pembantaian Westerling di Sulawesi Selatan belum pernah beraksi lagi, kini ditugaskan tidak hanya di Jawa, melainkan dikirim juga ke Sumatra Barat.
Agresi tentara Belanda berhasil merebut daerah-daerah di wilayah Republik Indonesia yang sangat penting dan kaya seperti kota pelabuhan, perkebunan dan pertambangan.
Pada 29 Juli 1947, pesawat Dakota Republik dengan simbol Palang Merah di badan pesawat yang membawa obat-obatan dari Singapura, sumbangan Palang Merah Malaya ditembak jatuh oleh Belanda dan mengakibatkan tewasnya Komodor Muda Udara Mas Agustinus Adisucipto, Komodor Muda Udara dr. Abdulrahman Saleh dan Perwira Muda Udara I Adisumarno Wiryokusumo
2.Serangan Umum 1 Maret 1949
Serangan Umum 1 Maret 1949 adalah serangan yang terjadi pada tanggal 1 Maret 1949 di Yogyakarta. Serangan ini telah dipersiapkan oleh jajaran tertinggi militer di wilayah Divisi III/GM III dengan mengikutsertakan pimpinan pemerintah sipil setempat berdasarkan instruksi dari Panglima Divisi III, Kol. Bambang Sugeng. Serangan ini bertujuan untuk membuktikan kepada dunia internasional bahwa Tentara Nasional Indonesia (TNI) masih ada dan cukup kuat, dengan harapan dapat memperkuat posisi Indonesia dalam perundingan yang sedang berlangsung di Dewan Keamanan PBB. Perundingan tersebut memiliki tujuan utama untuk mematahkan moral pasukan Belanda serta membuktikan pada dunia internasional bahwa Tentara Nasional Indonesia (TNI) masih mempunyai kekuatan untuk mengadakan perlawanan. Soeharto pada waktu itu menjabat sebagai Komandan Brigade X/Wehrkreis III turut serta sebagai pelaksana lapangan di wilayah Yogyakarta.
Tanggal 1 Maret 1949, pagi hari, serangan secara besar-besaran yang serentak dilakukan di seluruh wilayah Divisi III/GM III dimulai, dengan fokus serangan adalah Ibu kota Republik yakni kota Yogyakarta, serta koar-besaran oleh pasukan Brigade X yang diperkuat dengan satu Batalyon dari Brigade IX, sedangkan serangan terhadap pertahanan Belanda di Magelang dan penghadangan di jalur Magelang-kota di sekitar Yogyakarta, terutama Magelang, sesuai Instruksi Rahasia yang dikeluarkan oleh Panglima Divisi III/GM III Kolonel Bambang Sugeng kepada Komandan Wehrkreis I, Letkol Bahrun dan Komandan Wehrkreis II Letkol Sarbini. Pada saat yang bersamaan, serangan juga dilakukan di wilayah Divisi II/GM II, dengan fokus penyerangan adalah kota Surakarta, guna mengikat tentara Belanda dalam pertempuran agar tidak dapat mengirimkan bantuan ke Yogyakarta.
Pos komando ditempatkan di desa Muto. Pada malam hari menjelang serangan umum itu, pasukan telah merayap mendekati kota dan dalam jumlah kecil mulai disusupkan ke dalam kota. Pagi hari sekitar pukul 06.00, sewaktu sirene dibunyikan serangan segera dilancarkan ke segala penjuru kota. Dalam penyerangan ini Letkol Soeharto langsung memimpin pasukan dari sektor barat sampai ke batas Malioboro. Sektor Timur dipimpin Ventje Sumual, sektor selatan dan timur dipimpim Mayor Sardjono, sektor utara oleh Mayor Kusno. Sedangkan untuk sektor kota sendiri ditunjuk Letnan Amir Murtono dan Letnan Masduki sebagai pimpinan. TNI berhasil menduduki kota Yogyakarta selama 6 jam.
Tepat pukul 12.00 siang, sebagaimana yang telah ditentukan semula,seluruh pasukkan TNI mundur.
Serangan terhadap kota Surakarta yang juga dilakukan secara besar-besaran, dapat menahan Belanda di Surakarta sehingga tidak dapat mengirim bantuan dari Surakarta ke Yogyakarta, yang sedang diserang secara besar-besaran – Yogyakarta yang dilakukan oleh Brigade IX, hanya dapat memperlambat gerak pasukan bantuan Belanda dari Magelang ke Yogyakarta. Tentara Belanda dari Magelang dapat menerobos hadangan gerilyawan Republik, dan sampai di Yogyakarta sekitar pukul 11.00.
Serangan Umum 1 Maret mampu menguatkan posisi dari Republik Indonesia, mempermalukan Belanda yang telah mengklaim bahwa RI sudah lemah. Tak lama setelah Serangan Umum 1 Maret terjadi Serangan Umum Surakarta yang menjadi salah satu keberhasilan pejuang RI yang paling gemilang karena membuktikan kepada Belanda, bahwa gerilya bukan saja mampu melakukan penyergapan atau sabotase, tetapi juga mampu melakukan serangan secara frontal ke tengah kota Solo yang dipertahankan dengan pasukan kavelerie, persenjataan berat – artileri, pasukan infantri dan komando yang tangguh. Serangan umum Solo inilah yang menyegel nasib Hindia Belanda untuk selamanya.
3. Konferensi Inter Indonesia
Konferensi Inter-Indonesia dilaksanakan sebanyak 2 kali. Dilansir dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Konferensi Inter-Indonesia I dilaksanakan pada tanggal 19 – 22 Juli 1949 di hotel Tugu Yogyakarta.
Konferensi Inter-Indonesia I dipimpin oleh Moh.Hatta dengan agenda utama pembahasan masalah pembentukan RIS (Republik Indonesia Serikat). Hasil dari Konferensi Inter-Indonesia I adalah : RIS akan melaksanakan pemerintahan berdasarkan asas demokrasi dalam bentuk negara federal. RIS akan dikepalai oleh seorang presiden konstitusional dan dibantu oleh menteri-menteri. Presiden dan menteri akan bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat (legislatif). Pembentukan 2 badan legislatif yaitu Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Negara Bagian. Angkatan Perang RIS adalah angkatan perang nasional yang terdiri dari TNI, KNIL, ML (Militaire Luchtvaart) dan VB (Veileigheids Batalyon).
Konferensi Inter-Indonesia II Konferensi Inter-Indonesia II dilaksanakan pada 31 Juli – 3 Agustus 1949 di Jakarta. Konferensi yang dipimpin Moh.Hatta ini membahas masalah pokok yang telah disetujui di Yogyakarta. Melalui konferinsi ini RI dan BFO membentuk Panitia Persiapan Nasional yang bertugas untuk menjaga keamanan dan ketertiban sebelum dan sesudah KMB.
Komentar
Posting Komentar